BOLTIM NEWS - Satu lagi jajanan tradisional di Jawa Tengah yang ada hanya saat bulan Ramadhan tiba. Namanya jemunak, makanan takjil dari Desa Gunungpring, Muntilan, Magelang.
Selain hanya dapat ditemui saat Ramadhan, keunikan jemunak adalah cara memasaknya yang masih menggunakan peralatan tradisional. Ketela pohon diparut lebih dulu sebelum dikukus setengah matang. Lalu, dicampur dengan ketan dan kembali dikukus hingga matang.
Baca Juga: Masjid Darussalam Banyumas, Bertiang Tunggal dan Berusia Lebih Dari Satu Abad
Selanjutnya ditumbuk menggunakan lumpang batu dan alu dari kayu. Barulah disajikan di atas daun pisang dengan ditaburi parutan kelapa dan juruh (gula merah cair).
Bukan sekadar panganan, kemunculan jemunak yang sudah turun temurun itu menyimpan filosofi bagi masyarakat. Yakni, keikhlasan bagi orang yang berpuasa akan menghasilkan berkah.
Sehingga nama jemunak lahir dari kalimat “ujung-ujung ketemu penak”, artinya “pada akhirnya akan mencapai kenikmatan”.
Baca Juga: Berarsitektur Mirip Kelenteng, Inilah Keunikan Masjid Muhammad Cheng Hoo Purbalingga
Salah seorang pembuat jemunak di Desa Gunungpring, Ponisih mengungkapkan, tidak lengkap kalau buka puasa tanpa jemunak.
“Ujung-ujung ketemu penak itu maksudnya ya setelah puasa seharian, nantinya akan dapat kenikmatan saat berbuka,” ujar Ponisih beberapa hari lalu.