Suatu hari, di saat hujan turun dengan deras, Sinta jatuh sakit karena terlalu lama menunggu di bawah hujan. Sebelum meninggal, Sinta berdoa agar cintanya dan kesetiaannya abadi seperti hujan yang selalu datang. Raka yang akhirnya kembali setelah bertahun-tahun, hanya menemukan kenangan manis dan pahit di bawah pohon beringin ini.”
Baca Juga: Kisah Inspiratif, Ketika Mimpi Menjadi Kenyataan
Bimo terdiam, merasakan kesedihan dan keindahan cerita itu. “Apa yang terjadi pada Raka, Nek?”
“Raka hidup dengan penyesalan, tapi dia menemukan kedamaian dalam hujan. Setiap kali hujan turun, dia merasa Sinta ada di dekatnya, mencintainya tanpa akhir. Raka pun memutuskan untuk menetap di desa ini, menanam lebih banyak pohon beringin sebagai tanda cintanya yang abadi.”
Bimo memandang hujan dengan perasaan yang berbeda sekarang. Baginya, hujan adalah lebih dari sekadar air yang jatuh dari langit. Hujan adalah kenangan, cinta, dan pengorbanan. Setiap tetesnya membawa kisah yang menunggu untuk didengar dan dihayati.
Baca Juga: Saat Waktu Bernyanyi
Sejak hari itu, Bimo selalu menceritakan kembali kisah Raka dan Sinta kepada siapa saja yang mau mendengarkan. Ia ingin setiap orang tahu bahwa hujan tidak hanya membawa kesejukan, tetapi juga kisah-kisah cinta yang abadi.
Dan ketika hujan turun, desa itu tidak hanya merasakan sejuknya air yang membasahi tanah, tetapi juga hangatnya cinta yang terus hidup dalam setiap tetes hujan. Bagi Bimo dan seluruh warga desa, hujan adalah senandung kehidupan yang mengingatkan mereka akan kekuatan cinta dan kesetiaan.***