Senandung Hujan di Kampung Halaman

9 Juni 2024, 17:24 WIB
Ilustrasi /Foto: Pixabay

BOLTIM NEWS - Di sebuah desa kecil yang terletak di kaki bukit, di tengah hamparan sawah yang luas dan hijau, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Bimo. Desa itu terkenal dengan suasananya yang tenang dan damai, serta gemericik air sungai yang mengalir perlahan di sepanjang desa. Namun, hal yang paling istimewa dari desa itu adalah hujan yang selalu datang membawa cerita.

Bimo, anak yang cerdas dan penuh imajinasi, selalu menantikan hujan. Bagi Bimo, hujan bukan hanya sekadar air yang jatuh dari langit, tetapi juga pembawa kisah dan petualangan. Setiap kali langit mulai mendung dan suara gemuruh halus terdengar, Bimo berlari keluar rumah dan duduk di bawah pohon beringin besar di tengah desa.

Baca Juga: Rintik Hujan di Tengah Malam

Pada suatu hari, ketika hujan mulai turun dengan lembut, Bimo duduk di tempat favoritnya, mendengarkan setiap tetesan yang jatuh ke tanah. Angin sepoi-sepoi membawa harum tanah basah, dan Bimo menutup matanya, membiarkan pikirannya melayang bersama hujan. Hujan hari itu terasa berbeda, seolah membawa sebuah cerita yang menunggu untuk diceritakan.

“Bimo,” panggil sebuah suara lembut dari belakangnya. Ternyata itu adalah Nenek Irah, tetua desa yang bijaksana. Nenek Irah duduk di samping Bimo dan tersenyum. “Tahukah kamu, Nak, bahwa hujan ini membawa cerita tentang cinta dan pengorbanan?”

Bimo menatap neneknya dengan mata berbinar. “Cerita apa, Nek?”

Baca Juga: Cerpen, Pelangi Setelah Hujan

Nenek Irah mulai bercerita. “Dulu, pada zaman nenek masih muda, hiduplah sepasang kekasih di desa ini, Raka dan Sinta. Mereka saling mencintai dengan sepenuh hati, tetapi cinta mereka diuji oleh keadaan. Raka harus pergi ke kota untuk mencari nafkah, meninggalkan Sinta dengan janji bahwa dia akan kembali.

Hari-hari berlalu, Sinta selalu menunggu di bawah pohon beringin ini, berharap hujan akan membawa kabar baik dari Raka. Namun, tahun demi tahun berlalu, dan Raka tak kunjung kembali. Sinta tetap setia menunggu, meski hatinya dipenuhi kerinduan dan kesedihan.

Suatu hari, di saat hujan turun dengan deras, Sinta jatuh sakit karena terlalu lama menunggu di bawah hujan. Sebelum meninggal, Sinta berdoa agar cintanya dan kesetiaannya abadi seperti hujan yang selalu datang. Raka yang akhirnya kembali setelah bertahun-tahun, hanya menemukan kenangan manis dan pahit di bawah pohon beringin ini.”

Baca Juga: Kisah Inspiratif, Ketika Mimpi Menjadi Kenyataan

Bimo terdiam, merasakan kesedihan dan keindahan cerita itu. “Apa yang terjadi pada Raka, Nek?”

“Raka hidup dengan penyesalan, tapi dia menemukan kedamaian dalam hujan. Setiap kali hujan turun, dia merasa Sinta ada di dekatnya, mencintainya tanpa akhir. Raka pun memutuskan untuk menetap di desa ini, menanam lebih banyak pohon beringin sebagai tanda cintanya yang abadi.”

Bimo memandang hujan dengan perasaan yang berbeda sekarang. Baginya, hujan adalah lebih dari sekadar air yang jatuh dari langit. Hujan adalah kenangan, cinta, dan pengorbanan. Setiap tetesnya membawa kisah yang menunggu untuk didengar dan dihayati.

Baca Juga: Saat Waktu Bernyanyi

Sejak hari itu, Bimo selalu menceritakan kembali kisah Raka dan Sinta kepada siapa saja yang mau mendengarkan. Ia ingin setiap orang tahu bahwa hujan tidak hanya membawa kesejukan, tetapi juga kisah-kisah cinta yang abadi.

Dan ketika hujan turun, desa itu tidak hanya merasakan sejuknya air yang membasahi tanah, tetapi juga hangatnya cinta yang terus hidup dalam setiap tetes hujan. Bagi Bimo dan seluruh warga desa, hujan adalah senandung kehidupan yang mengingatkan mereka akan kekuatan cinta dan kesetiaan.***

Editor: Gazali Ligawa

Tags

Terkini

Bintang di Malam Sunyi

Senandung di Ujung Senja

Melodi di Bawah Langit Senja

Langkah Kecil, Perubahan Besar

Harapan di Balik Hujan

Terpopuler