Harga Cabai Rawit Makin Pedas, Ibu-Ibu Rumah Tangga Menjerit

16 Maret 2023, 11:00 WIB
Komuditas bahan pokok di pasar Tutuyan Boltim /Foto: Boltim News/Jepretan HP

Boltim News, Pikiran Rakyat – Imbas kenaikan harga cabai rawit membuat ibu-ibu rumah tangga di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) Sulawesi Utara (Sulut) menjerit.

Pasalnya, harga cabai rawit merah di pasar tradisional kini terus melambung hingga mencapai Rp120 ribu per kilogram. Hal ini yang membuat ibu-ibu jadi kepedasan lantaran harga cabai bukannya turun malam naik terus setiap hari.

Pantauan harga di lapangan, harga cabai rawit merah menjadi komoditas yang harganya paling tinggi dibandingkan dengan jenis komoditas lainnya.

Baca Juga: Pedas! Harga Cabai Rawit Makin tak Terbendung

Di pasar Bolaang Mongodow Timur misalnya, bawang merah dijual dengan harga Rp40 ribu per kilogram, tomat 12 ribu perkilo dan bawang putih masih tetap bertahan dikisaran Rp45 ribu perkilo, sedangkan harga cabai yang sebelumnya berkisar Rp80 ribu perkilo, kini naik mencapai Rp120 ribu per kilogram.

Een salah satu pembeli di pasar Kotabunan Selatan mengaku resah terhadap lonjakan harga cabai merah yang terus mengalami kenaikan.

"Tentunya saya merasa resah dengan kenaikan harga kebutuhan dapur ini, terutama cabai rawit, “ ungkapnya kepada Boltim News, Pikiran Rakyat, Kamis (16/3/2023).

Baca Juga: Jagung Manis di Jalan Trans Kotamobagu-Boltim Jadi Magnet Wisatawan

Ia mengatakan tidak tahu pasti kenapa harga cabai naik dengan begitu mahalnya, mau tak mau tetap harus dibeli, lantaran sudah menjadi kebutuhan.

“Mudah-mudahan saja harganya cepat turun, agar kami warga tidak resah, “ ucapnya.

Sementara Dedi salah satu pedagang pasar Kotabuban Selatan mengaku keniakan harga cabai rawit ini juga berdampak kepada para padagang pasar. Kata dia, kenaikan harga kebutuhan dapur bukan hanya dirasakan oleh para pembeli saja, tapi juga dirasakan oleh pedagang pasar sendiri.

Baca Juga: Wah, Harga Cabai Rawit di Pasar Tradisional Makin Pedas. Ini Penyebabnya

Menurut dia harga cabai rawit merah dari waktu ke waktu bukannya turun tetapi justru naik terus. Yang sebelumnya atau sekitar empat hari lalu dikisaran Rp80 perkilo, kini tembus Rp120 perkilo.

“Kenaikan harga cabai rawit ini dipicu karena kurangnya pasokan dari para petani, yang rata-rata hasil panen petani tak lebih dari 20 kilogram per hari, sementara permintaan pasar banyak, itu sebabnya harga cabai dipasaran terus melambung, kata Dedi.

Penyabab lain yang mengakibatkan cabai rawit naik, dikarenakan menjelang bulan ramadhan.

Baca Juga: Dana Banpol di Kota Manado Naik. Ini Besarannya

“Sudah jadi hukum pasar ketika pasokan kurang dan memasuki bulan puasa harga komoditas jadi naik. Bukan hanya cabai saja, tetapi bahan pokok lainnya juga ikut bergeser naik ketika masuk bulan puasa dan menjelang hari besar lainnya, “ katanya lagi.

Baca Juga: Sudah Murah, Ini Kelebihan Wuling Alvez

Terpantau juga, lonjakan harga cabai rawit terjadi hampir di seluruh Provinsi Sulut. Dengan harga tertinggi dipatok rata-rata Rp100 sampai 120 ribu ribu perkilo.

Dipasar Kota Kotamobagu misalnya, harga cabai di patok oleh pedagang dengan harga Rp100 sampai Rp110 ribu.

Demikian juga di Pasar Bersehati Manado dan Pasar Korombasan, rata-rata penjualan mengikuti pasaran.   

Baca Juga: Wah Keren: Ini Kuda Laut Pink Yang Viral di Pulau Racun

Meski harga cabai terus merangkak naik, masyarakat khususnya ibu-ibu rumah tangga dan pemilik rumah makan tetap harus membelinya, karena cabai rawit sudah menjadi kebutuhan yang tak bisa dihidarkan.***

Editor: Faruk Langaru

Tags

Terkini

Terpopuler