Berarsitektur Mirip Kelenteng, Inilah Keunikan Masjid Muhammad Cheng Hoo Purbalingga

17 Maret 2024, 21:01 WIB
Masjid Jami’ PITI Muhammad Cheng Hoo, Desa Selanggeng, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jateng. /Foto: Jatengprov.go.id

BOLTIM NEWS - Sekilas, Masjid Cheng Hoo yang berada di Kabupaten Purbalingga tampak seperti kelenteng. Makanya, banyak orang mengira bangunan itu bukan masjid. Ingin tahu keunikannya?

Nama asli Masjid Cheng Hoo ini adalah Masjid Jami’ PITI Muhammad Cheng Hoo. PITI merupakan akronim dari Persatuan Islam Tionghoa Indonesia. Lokasinya di Desa Selanggeng, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah (Jateng).

Baca Juga: Masjid Darussalam Banyumas, Bertiang Tunggal dan Berusia Lebih Dari Satu Abad

Bangunan tersebut berada di tepi jalan raya Purbalingga-Bobotsari, atau di samping tempat istirahat (rest area) wilayah Bobotsari. Bagi masyarakat yang belum tahu, tak sedikit yang mengira itu bukanlah bangunan masjid. Sebab, bangunan mirip kelenteng, yaitu bangunan untuk tempat memuja (berdoa, bersembahyang) dan melakukan upacara keagamaan bagi penganut Konghucu.

Menurut Ketua Takmir Masjid Jami’ PITI Muhammad Cheng Hoo, Mochamad Nur Faizin, warga yang jarang melintasi jalan tersebut dan mampir, kerap tidak tahu jika bangunan tersebut adalah masjid.

“Orang yang jarang ke sini tahunya bukan masjid, tapi setelah melihat di atas itu ada tulisan (lafal) Allah, baru orang berpikir, ini berarti masjid,” kata Faizin, belum lama ini.

Baca Juga: Hanya Ada Saat Ramadan, Inilah Filosofi Jemunak Jajanan Tradisional Magelang

Warna pada bangunan masjid tersebut juga didominasi merah, warna dominan yang kerap ditemui di bangunan kelenteng. Faizin menjelaskan, filosofi dari warna merah pada masjid adalah keberanian.

“Kita harus berani berkorban. Harus berani berbuat, tapi dengan catatan, berbuat baik,” ucapnya.

Ia mengatakan, setelah masyarakat tahu, banyak yang datang ke masjid, terutama untuk salat. Mereka yang semula penasaran, kini menjadikan tempat tersebut sebagai lokasi berhenti, terutama para pengguna jalan. Masjid itu terbuka untuk umum dari berbagai kalangan umat Islam.

Baca Juga: Dorong Kenyamanan Kerja, Sekda Jateng: Kesejahteraan Pekerja Bukan Hanya Soal Materi

Ia menuturkan sekilas tentang bangunan masjid. Masjid baru diresmikan pada 2011. Setelah dibangun pada 2005. Adapun, inisiator pembangunan masjid tersebut adalah seorang mualaf asli Bobotsari, Purbalingga, bernama Hery Susetyo yang merupakan anggota PITI.

Pengerjaan masjid yang sebelumnya mandek, berhasil dilanjutkan setelah adanya peran serta dari pihak swasta, yaitu Koperasi Simpan Pinjam Jasa (Kospin Jasa). Kini, masjid telah berdiri kokoh dan megah.

“Masjid kan yang didirikan mualaf jadi ingin mendirikan masjid yang beda dengan yang lain. Uniklah. Mungkin yang lain bentuknya biasa. Kalau di sini satu-satunya masjid di Purbalingga yang (bisa dibilang) paling unik,” tuturnya.

Baca Juga: Tinjau Banjir di Grobogan, Pj Gubernur Jateng Serahkan Bantuan Ratusan Juta

Dari catatan takmir, masjid semula bernama Masjid PITI An Naba. Dengan lokasi bangunan seluas 750 meter persegi yang berasal dari tanah wakaf seluas 560 meter persegi, dan tanah milik PITI seluas 190 meter persegi. Masjid pun berubah nama guna mengenang jasa seorang pelaut Tiongkok yang beragama Islam, Cheng Hoo.

Diketahui, masjid sering dipenuhi pengguna jalan yang tengah memanfaatkan waktu istirahatnya untuk salat. Terutama, ketika sudah masuk waktu salat. Tidak sedikit dari mereka yang senang dengan desain bangunan masjid ini.

Seorang warga tengah memanfaatkan masjid sebagai tempat salat dan beristirahat, Ali Roidul Maknun, mengaku berkesan dengan Masjid Cheng Hoo Purbalingga ini. Ia yang tengah menempuh perjalanan dari Kabupaten Cilacap ke Kabupaten Batang, kerap menyempatkan diri mampir ke masjid.

Baca Juga: Pengungsi Banjir di Pekalongan Peroleh Layanan Cek Kesehatan dan Bantuan Air Bersih

“Kalau saya sering lewat sini, kebetulan tempatnya strategis. Tempatnya bisa untuk salat, bisa untuk (mampir) makan, bisa untuk istirahat. Tempatnya enak dan unik. Keunikannya dari segi bangunan yang beda dengan yang lain yang biasanya bergaya timur tengah. Kalau ini kan lebih ke Tionghoa ya,” ungkap Ali.***

Editor: Gazali Ligawa

Sumber: Jatengprov.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler