“Kita telah memiliki dua tradisi praktik yang baik dalam penulisan ilmiah di SPM, yaitu al-insya' untuk Mualimin dan KTA atau risalah untuk Salafiyyah,” jelas Mahrus.
Baca Juga: Hadiri Kongres Hikmahbudhi, Presiden Jokowi Tegaskan Potensi Demografi dan Tantangan Indonesia
Doktor lulusan Universitas Indonesia ini menekankan pentingnya metodologi penulisan karya ilmiah bagi ustadz atau kiai, dengan mengeksplorasi isu-isu seperti wasathiyatil Islam atau moderasi di lingkungan pesantren.
“Tujuan akhirnya menghasilkan karya ilmiah yang merefleksikan pengalaman penulisan terkait dengan wasathiyatil Islam sesuai dengan latar belakang pesantren masing-masing,” terangnya.
Mahrus juga berharap bahwa program ini akan menjadi syarat tugas akhir bagi peserta didik di SPM, sehingga karya ilmiah mereka dapat diterbitkan langsung oleh setiap SPM.
Baca Juga: BBKSDA Riau Tindaklanjuti Laporan Kemunculan Tapir di Pekanbaru
Peningkatan Kompetensi Ustadz pada Satuan Pendidikan Mu'adalah berlangsung di Yogyakarta, 27-29 Maret 2024. Giat ini diikuti berbagai pesantren. Para peserta dibor untuk bisa menjadi penulis sesuai bidangnya. Mereka tidak hanya melatih teori menulis, tapi sekaligus berlatih menyusun karya tulis terbaiknya masing-masing.***