BMKG Dorong Langkah Kolaboratif Atasi Perubahan Iklim di WWF 2024

- 2 April 2024, 19:25 WIB
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam konferesni pers di Jakarta, Senin 1 April 2024.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam konferesni pers di Jakarta, Senin 1 April 2024. /Foto: Setkab.go.id

BOLTIM NEWS - Krisis air menjadi ancaman serius dan nyata sehingga harus jadi perhatian seluruh negara di dunia. Oleh karena itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mendorong agar pertemuan World Water Forum (WWF) ke-10 yang akan digelar di Bali pada 18 hingga 25 Mei mendatang menjadi momentum mencari solusi bersama menyelesaikan persoalan tersebut.

“Mewujudkan keadilan, ketersedian dan kualitas terhadap air saat ini masih belum dipandang adil secara global ataupun regional. Inilah yang harus didorong untuk dibahas nanti. Langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan secara kolaboratif,” ujar Dwikorita dalam Forum Merdeka Barat 9 (FMB) bertajuk ‘Kolaborasi Tangguh Atasi Tantangan Perubahan Iklim’ di Jakarta, 1 April 2024.

Baca Juga: Kemendagri Sepakati 27 RUU tentang Kabupaten/Kota Dibahas Lebih Lanjut

Dwikorita mengatakan, salah satu penyebab utama krisis air adalah terus meningkatnya emisi gas rumah kaca yang berdampak pada peningkatan laju kenaikan suhu udara. Akibatnya proses pemanasan global terus berlanjut dan berdampak pada fenomena perubahan iklim yang dapat memicu krisis air, pangan dan bahkan energi.

“Meningkatnya frekuensi, intensitas dan durasi kejadian bencana hidrometeorologi juga jadi persoalan,” imbuhnya.

Berdasarkan data World Meteorological Organization (WMO) yang dikumpulkan dari pengamatan di 193 negara, BMKG memproyeksikan dalam beberapa tahun ke depan akan terjadi hotspot air atau daerah kekeringan di berbagai negara.

Baca Juga: Guna Menurunkan Angka Kemiskinan, Kemendagri Tekankan Pembangunan Berkelanjutan

“Artinya akan banyak tempat yang mengalami kekeringan. [Hal ini bisa terjadi] baik di negara maju maupun berkembang. Baik Amerika, Afrika, dan negara lainnya sama saja [terdampak],” kata Dwikorita.

Di sisi lain, lanjut Dwikorita, terdapat daerah di dunia yang memiliki debit air sungai melampaui normal atau surplus sedang terjadi kebanjiran. Kondisi ini merupakan bukti bagaimana perubahan iklim sedang terjadi di seluruh negara dunia dan akan semakin buruk hasilnya jika tidak dilakukan upaya mitigasi bersama.

Halaman:

Editor: Gazali Ligawa

Sumber: Setkab.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x