Ternyata Pelakor Bukan Nomor Satu Penyebab Rumah Tangga Hancur

- 12 Maret 2023, 22:44 WIB
Ilustrasi pelakor
Ilustrasi pelakor /Pexels/Pavel Danilyuk

Boltimnews, Pikiran Rakyat – Ketika mendengar ada pasangan suami istri (pasutri) yang pisah atau bercerai, kebanyakan kita berspekulasi bahwa pasti ada orang ketiga atau perebut laki orang alias pelakor sebagai dalangnya.

Sebagian besar juga beranggapan bahwa salah satu dari pasutri itu pasti memiliki sifat egois dan kasar sehingga sering muncul pertengkaran.

Pada dasarnya, ketika hubungan rumah tangga mengalami kehancuran, ada beberapa poin terkait didalamnya, misalnya masalah ekonomi atau tidak cocok visi misi masing-masing insan.

Baca Juga: Fantastis! THR Serta Gaji 13 PNS dan PPPK Ditetapkan Jokowi

Namun kenyataanya, lewat buku "What Predicts Divorce?, psikolog dan seksolog John Gottman, mengungkapkan ada empat penyebab kehancuran rumah tangga berbuntut perceraian.

Empat penyebab ini diantaranya penghinaan, kritik, sifat defensif, dan juga stonewalling.

Jawaban ini di dapatkannya setelah melewati penelitian terhadap kurang lebih 40.000 pasutri dengan waktu 50 tahun lamanya.

"Dari keempatnya, prediktor terbesar dari hubungan yang gagal adalah penghinaan," ujar Jhon Gottman, melansir CNBC Make It, Jumat (10/3/23).

Baca Juga: Ibu Rumah Tangga Wajib Tahu! Cara Jitu Basmi Kutu Beras Hanya Pakai Bahan Dapur Ini

Menurutnya, penghinaan akan bermuara menjadi perkataan yang negatif. Saat itulah salah satu pasangan menyatakan bahwa mereka lebih pintar atau lebih baik, sementara yang lain merasa direndahkan dan tidak dicintai.

"Ketika perilaku ini menjadi lebih sering terjadi, hubungan apa pun, apalagi pernikahan, berada dalam masalah," ucap Jhon Gottman.

Akibat dari sering terjadinya penghinaan, pondasi rumah tanggapun perlahan melapuk dan hancur.

Untuk menghilangkan penghinaan dalam hubungan, Gottman mengatakan perlu adanya saling keterbukaan mengenai emosi yang dirasakan. Misalnya saat salah seorang pasangan membatalkan makan malam, alih-alih memaki, cukup nyatakan perasaan sedih seterbuka mungkin dengan permintaan.

Baca Juga: Tabrak Lari Tewaskan Seorang Jurnalis Sulut

"Untuk menghindari komunikasi yang menghina, nyatakan apa yang anda rasakan, tambahkan dengan permintaan, dan juga ajak pasangan anda untuk sama-sama berpikir dalam percakapan itu," jterangnya.

Cara kedua adalah mengekspresikan penghargaan. Ini membantu pasangan agar memperhatikan lebih banyak kualitas positif daripada kualitas negatifnya.

"Lacak pola komunikasi anda selama seminggu. Seberapa sering anda terlibat dalam interaksi negatif (mis., mengomel, mengkritik, mengabaikan, memutar mata) versus yang positif (mis., memuji, melengkapi, melakukan sesuatu yang baik untuk pasangan lain)?," tambah Gottman.***

Editor: Chindi Herwanto Limo


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x