Selamat Datang di Negeri Pomuka'an

- 7 April 2024, 22:14 WIB
Arsip - Bupati Boltim Sam Sachrul Mamonto saat meresmikan tugu selamat datang di perbatasan Kabupaten Boltim dan Kotamobagu
Arsip - Bupati Boltim Sam Sachrul Mamonto saat meresmikan tugu selamat datang di perbatasan Kabupaten Boltim dan Kotamobagu /Dok: Kominfo Boltim/

BOLTIM NEWS - Langkah saya hendak ke Pasar Ramadan di Matali malam ini terhenti sejenak ketika panggilan WhatsApp berdering. Datangnya dari kawan lama di Boltim. Tentu saya langsung mengangkatnya karena di minus 3 lebaran begini, penting untuk segera mengangkat panggilan WhatsApp.

Usai berbasa-basi sebentar, poin yang disampaikan ternyata tak ada sangkut pautnya dengan THR, bahkan jauh panggang dari itu. Lantas apa? Singkat kata, kawan menceritakan tentang keributan di linimasa Facebook terkait tugu yang baru selesai di bangun. Saya perhatikan sejenak tugu yang dikirimkan via WhatsApp itu lumayan ciamik desainnya. Di bagian bawah tugu terdapat tulisan yang diberi lampu berwarna biru bertuliskan;  Selamat Datang di Timur Totabuan.

Tulisan itulah yang kata kawan jadi biang keributan di Medsos. Saya lantas bertanya, apa yang disoal netizen terkait tulisan itu? Kawan ini lantas mengirimkan linkFacebook berisi supaya saya sekalian bisa mengikuti langsung komentar-komentar disitu. Saya lantas berkata bahwa sudah 6 bulan lebih saya tak bisa mengakses akun Facebook saya, sehingga kepadanya saya meminta poin inti saja soal yang diributkan.

Kawan lantas memberitahu bahwa yang disoal netizen adalah kata Timur Totabuan yang menurut para netizen hal itu keliru. Saya lantas mengejar; apa yang keliru dengan penuslian Timur Totabuan itu dalam pandangan netizen? Kembali kawan memberitahu bahwa menurut netizen, penulisan kata Selamat Datang di Timur Totabuan itu justru mengesankan bahwa seolah-olah ada daerah kabupaten baru bernama Timur Totabuan yang kini ada di Boltim. Sehingganya kekeliruan ini langsung dialamatkan ke Pemkab Boltim selaku yang membangun tugu itu.

Pembaca, di era ketika kita berada di jaman yang tiada hari tanpa medsos, pada akhirnya kita menjadi familiar dengan ungkapan yang mengatakan; netizen dalah yang maha benar. Oleh sebab itu, beberapa orang (mungkin sadar karena punya pengalaman) memilih untuk tidak selalu membagikan apa yang sedang dipikirkan atau apa yang sedang dialami dan terjadi, sebab ketika Anda menekan tombol share, _post, atau send ke linimasa medsos (terlebih dengan pengaturan publik), maka selamat datang di dunia angka teru. Olehnya, kepada kawan yang meminta saya berpendapat terkait itu, saya mengatakan; ya biasalah, ini medsos bro.

Tapi kawan saya ini mendesak agar saya memberi inputan terkait itu. Kepadanya saya lantas berkata bahwa ketika sesuatu sudah dibagikan ke publik via medsos, maka itu sudah menjadi domain publik untuk dikomentari sepincang atau sesarkas apapun komentar itu.

Kawan saya berkata bahwa ia memahami itu, tapi ia mendesak meminta pendapat saya apakah penulisan Timur Totabuan itu keliru sebagaimana pandangan umum netizen atau tidak? Saya lantas menjawab, semua tergantung sudut pandang. Nah, kawan ini meminta saya memberi sudut pandang dari segi kebudayaan.

Masya Allah, bagaimana ini. Waktu saya sudah tersita gegara perkara yang sebenarnya sederhana namun tetap akan jadi ribet karena ya itu tadi; siapa yang bisa mengalahkan netizen yang maha tahu dan maha benar?

Bagaimana pendapat bung tentang kata Timur Totabuan? Apakah itu tidak keliru, minimal dari segi bahasa dan dalam perspektif budaya?

Halaman:

Editor: Faruk Langaru

Sumber: Uwin Mokodongan


Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x