Network
BOLTIM NEWS – Sejak menjadi tuan rumah Olimpiade di Seoul pada tahun 1988, Korea Selatan telah menjadi langganan tetap dalam pertunjukan Olimpiade. Mereka telah menunjukkan ketangguhan tim muda mereka setelah aturan pembatasan usia di bawah 23 tahun diterapkan, dengan catatan penampilan yang impresif di berbagai edisi Olimpiade.
Korea Selatan bahkan berhasil meraih medali perunggu, prestasi terbaik mereka, di Olimpiade London 2012. Dalam dua edisi terakhir, Korea Selatan juga menunjukkan kompetitivitasnya dengan mencapai perempat final.
Namun, harapan untuk melanjutkan catatan impresif mereka ke Olimpiade Paris 2024 pupus. Ini merupakan Olimpiade ke-10 secara beruntun sejak 1988, namun kali ini Korea Selatan gagal lolos ke Paris.
Penyebab dari kegagalan tersebut adalah Timnas Indonesia U-23 yang tampil luar biasa dalam pertandingan melawan Korea Selatan. Pertandingan tersebut berakhir dengan drama adu penalti yang berkesudahan dengan skor 11-10 untuk Timnas Indonesia U-23 yang berlangsung di Stadion Abdullah bin Khalifa, Doha Jumat 26 April 2024.
Selama waktu normal dan babak perpanjangan waktu, kedua tim berbagi angka sama dengan skor 2-2. Rafael Struick berhasil mencetak dua gol untuk Timnas Indonesia U-23, tetapi Korea Selatan tetap gigih dengan gol bunuh diri dari Komang Teguh dan gol balasan dari Jeong Sang Bin.
Meskipun akhirnya kalah, Korea Selatan menampilkan penampilan yang luar biasa. Mereka bahkan tidak terlihat kesulitan meskipun bermain dengan 10 pemain setelah Lee Young Jun mendapat kartu merah di menit ke-70 karena melanggar pergelangan kaki Justin Hubner.
Kekalahan ini menjadi pukulan bagi Korea Selatan, namun juga menunjukkan bahwa Timnas Indonesia U-23 memiliki potensi yang patut diacungi jempol. Mereka mampu mengalahkan tim yang selama ini menjadi langganan tetap di Olimpiade, memberikan harapan baru bagi sepak bola Indonesia di level internasional.
