Ahud mengatakan, penyebab utama kenapa rumah-nya tak bisa diperbaiki karena kesehariannya ia hanya bekerja sebagai buruh pabrik. Berangkat dari pukul 08.00 pagi dan pulang di waktu sore. Begitu terus setiap harinya.
“Saya bekerja sebagai buruh pabrik setiap gajian langsung dipotong bank, jadi gaji tinggal sedkit hanya bisa untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, “ tutur Ahud.
Baca Juga: Cerita Ramly Abiduna Rintis Usaha Peda Sanger di Kota Bitung
Belum lagi kata dia, jajan sekolah untuk dua orang anak setiap harinya Rp40 ribu. Ini belum termasuk sarapan, sementara sang istri Tarliyah tak ada penghasilan tambahan karena hanya sebagai ibu rumah tangga.
Ahud juga mengaku keluarganya tak punya harta apapun, kecuali hanya satu unit sepeda motor yang hampir rusak yang digunakan sang istri untuk mengantarkannya ke tempat kerja mencari nafkah.
Begitu juga rumah yang ia tempati sekarang, yang menurutnya dibangun diatas tanah desa dengan status bukan hak milik sendiri, hanya bisa menempati saja.
Ahud juga mengatakan, yang datang memotret rumahnya cukup banyak, namun hingga saat ini belum mendapatkan bantuan atau sejenisnya.
Baca Juga: Cerita Ramly Abiduna Rintis Usaha Peda Sanger di Kota Bitung
“Saya berharap mudah-mudahan pemerintah atau dermawan dapat membantu keluarga kecil saya agar bisa menempati rumah yang lebih layak, “ kata Ahud dengan penuh kesedihan.***